Sunday, January 15, 2012
Wednesday, September 5, 2007
Surga Bernama Keluarga
Malam belum larut saat langkah menapaki teras rumah, perlahan membuka
pintu yang belum terkunci berharap orang-orang terkasih di dalam tak
terbangun. Ternyata, kehadiran saya senantiasa ditunggu oleh isteri dan
anak-anak saya yang rela menahan kantuk untuk sekadar mendaratkan ciuman
hangat mereka. Satu persatu dua bidarari kecil itu menubruk tubuh
lelahku, hilang semua kantuk mereka bersamaan dengan sirnanya lelahku.
Saya terbaring di sofa dan serta merta anak-anak menyerbu kaki saya untuk
melepaskan kaus kaki. Lalu tangan-tangan kecil itu memijat kaki saya,
"capek ya?" Sesaat kemudian tangan kecil itu beralih ke kening, "pusing
ya?". Memang tak seperti pijatan seorang tukang pijat, tapi sentuhan
tangan-tangan mungil itu terasa jauh lebih menenteramkan, membasuh peluh
dan mengangkat lelahku.
Giliran isteri cantikku datang dengan teh hangatnya, satu kecupan penuh
cinta mampir sejenak di keningku. Sambutan yang tak pernah absen
dilakukannya semenjak hari pertama pernikahan kami. Sambil menunggu
makanan yang tengah dipanaskan, kalimat yang teramat sering saya dengar,
"Bagaimana hari ini? Ada masalah? Berbagilah?" Kemudian hati dan kedua
telinganya terbuka luas untuk menampung semua keluhku sepanjang hari.
Makanan tersaji, anak-anak ikut mengitari hidangan lesehan khas keluarga
kami. Sesekali tangan mungil si bungsu mencomot lauk, sementara si sulung
menyeruput teh hangat milikku. Sebenarnya mereka hanya ingin mendapatkan
satu kalimat dari saya, "Ya, nanti kita lihat bintang ya". Maka bubarlah
mereka dan kembali sibuk dengan mainannya.
Adalah sebuah kenikmatan tersendiri mendengar suara-suara lucu berteriak
mengamini bacaan Al-Fatihah saat sholat berjamaah. Biasanya mereka
mengikuti bacaan Fatihah maupun surat pendek yang saya baca, lumayan
membuat saya terhibur dan tenang berharap mereka lebih menyukai lantunan
itu ketimbang lagu-lagu yang banyak diputar televisi.
Beruntung, langit cerah malam itu sehingga kami bisa menggelar tikar di
halaman depan. Berempat kami berbaring memandang langit untuk menghitung
bintang dan menikmati indahnya rembulan. Kupandang langit penuh bintang
bertaburan/ berkelap-kelip seumpama bintang ceria/ ? senandung itu yang
kerap keluar dari mulut mungil kedua bintang kecilku.
Malam telah larut, saatnya saya menemani dua bidadari kecil itu
beristirahat. Biasanya, takkan terpejam mata mereka sebelum dua atau tiga
dongeng kuhantarkan sebagai pengiring tidur keduanya. Dongeng penuh hikmah
yang kan membuai mereka hingga ke alam mimpi. Akhirnya mereka pun tidur
dengan wajah berseri, kuduga mereka tengah bermimpi menjadi putri cantik
berkereta kencana, berkuda gagah yang siap mengantarkan sang putri menuju
istana. Ah, indahnya?
Selanjutnya, adalah waktu bagi sepasang suami isteri untuk berbagi,
kasih, cinta, duka, gembira. Bercerita apa pun sepanjang malam, hingga
terangkat semua beban hari itu, hingga terobati semua luka, hingga
tersingkirkan semua kerikil penghambat, hingga keduanya kembali menjelang
pagi dengan hati yang ringan.
Pagi belum beranjak, ayam jantan pun belum lama berkokok. Kecupan hangat
dan seuntai doa mengiringi langkahku keluar rumah. Sejuta harap dari dua
bidadari kecilku agar kembali dengan selamat berjinjing oleh-oleh berupa
makanan kecil atau buah kesukaan mereka. Saya sering merasa berdosa ketika
melihat wajah kecewa mereka saat mendapati tangan saya tak berbuah apa
pun. Mereka sudah hapal dengan jawabanku sehingga mereka pun segera
mengambil kesimpulan, "nanti kalau punya rezeki beliin buah ya".
Hidup pun terus berputar, berbaring di sofa menunggu tangan-tangan kecil
melepaskan kaus kaki kemudian memijatinya. Segelas teh hangat membasuh
penat, dan hati yang terbuka luas siap menampung semua keluh sepanjang
hari. Mendengarkan suara-suara lucu dari mulut-mulut mungil mencoba
melafazkan doa sehari-hari atau mengeja huruf-huruf Alquran. Berbaring
bersama di halaman depan memandangi langit, menghitung bintang dan
menikmati indahnya rembulan.
Inilah yang saya sebut surga bernama keluarga. Adakah yang lebih indah
dari keluarga?
melepaskan kaus kaki. Lalu tangan-tangan kecil itu memijat kaki saya,
"capek ya?" Sesaat kemudian tangan kecil itu beralih ke kening, "pusing
ya?". Memang tak seperti pijatan seorang tukang pijat, tapi sentuhan
tangan-tangan mungil itu terasa jauh lebih menenteramkan, membasuh peluh
dan mengangkat lelahku.
Giliran isteri cantikku datang dengan teh hangatnya, satu kecupan penuh
cinta mampir sejenak di keningku. Sambutan yang tak pernah absen
dilakukannya semenjak hari pertama pernikahan kami. Sambil menunggu
makanan yang tengah dipanaskan, kalimat yang teramat sering saya dengar,
"Bagaimana hari ini? Ada masalah? Berbagilah?" Kemudian hati dan kedua
telinganya terbuka luas untuk menampung semua keluhku sepanjang hari.
Makanan tersaji, anak-anak ikut mengitari hidangan lesehan khas keluarga
kami. Sesekali tangan mungil si bungsu mencomot lauk, sementara si sulung
menyeruput teh hangat milikku. Sebenarnya mereka hanya ingin mendapatkan
satu kalimat dari saya, "Ya, nanti kita lihat bintang ya". Maka bubarlah
mereka dan kembali sibuk dengan mainannya.
Adalah sebuah kenikmatan tersendiri mendengar suara-suara lucu berteriak
mengamini bacaan Al-Fatihah saat sholat berjamaah. Biasanya mereka
mengikuti bacaan Fatihah maupun surat pendek yang saya baca, lumayan
membuat saya terhibur dan tenang berharap mereka lebih menyukai lantunan
itu ketimbang lagu-lagu yang banyak diputar televisi.
Beruntung, langit cerah malam itu sehingga kami bisa menggelar tikar di
halaman depan. Berempat kami berbaring memandang langit untuk menghitung
bintang dan menikmati indahnya rembulan. Kupandang langit penuh bintang
bertaburan/ berkelap-kelip seumpama bintang ceria/ ? senandung itu yang
kerap keluar dari mulut mungil kedua bintang kecilku.
Malam telah larut, saatnya saya menemani dua bidadari kecil itu
beristirahat. Biasanya, takkan terpejam mata mereka sebelum dua atau tiga
dongeng kuhantarkan sebagai pengiring tidur keduanya. Dongeng penuh hikmah
yang kan membuai mereka hingga ke alam mimpi. Akhirnya mereka pun tidur
dengan wajah berseri, kuduga mereka tengah bermimpi menjadi putri cantik
berkereta kencana, berkuda gagah yang siap mengantarkan sang putri menuju
istana. Ah, indahnya?
Selanjutnya, adalah waktu bagi sepasang suami isteri untuk berbagi,
kasih, cinta, duka, gembira. Bercerita apa pun sepanjang malam, hingga
terangkat semua beban hari itu, hingga terobati semua luka, hingga
tersingkirkan semua kerikil penghambat, hingga keduanya kembali menjelang
pagi dengan hati yang ringan.
Pagi belum beranjak, ayam jantan pun belum lama berkokok. Kecupan hangat
dan seuntai doa mengiringi langkahku keluar rumah. Sejuta harap dari dua
bidadari kecilku agar kembali dengan selamat berjinjing oleh-oleh berupa
makanan kecil atau buah kesukaan mereka. Saya sering merasa berdosa ketika
melihat wajah kecewa mereka saat mendapati tangan saya tak berbuah apa
pun. Mereka sudah hapal dengan jawabanku sehingga mereka pun segera
mengambil kesimpulan, "nanti kalau punya rezeki beliin buah ya".
Hidup pun terus berputar, berbaring di sofa menunggu tangan-tangan kecil
melepaskan kaus kaki kemudian memijatinya. Segelas teh hangat membasuh
penat, dan hati yang terbuka luas siap menampung semua keluh sepanjang
hari. Mendengarkan suara-suara lucu dari mulut-mulut mungil mencoba
melafazkan doa sehari-hari atau mengeja huruf-huruf Alquran. Berbaring
bersama di halaman depan memandangi langit, menghitung bintang dan
menikmati indahnya rembulan.
Inilah yang saya sebut surga bernama keluarga. Adakah yang lebih indah
dari keluarga?
PRAYOGO
Terlahir 23 Februari 1975 dari rahim seorang mama bernama Harmili dan papa bernama Hartono. Selanjutnya bermunculan 4 saudara yang mau ikutan tampil kedunia Puspo Prasdyo, Didi Haryadi, Toni Hanindito, Mira Rahmawati. Sayang papa "pergi" meninggalkan kami terlebih dahulu pada tahun 2002 sebelum sempat melihat perkawinanku ditahun yang sama tanggal 9 Maret dengan seorang wanita cantik bernama Vinna Silviany LN terlahir 4 Oktober 1976 dan dikaruniai putri bernama Aimee Nathania Prana Ramadianthy terlahir 28 November 2002. Lulusan Universitas Widyatama (UTAMA) dulu cikal bakalnya bernama STIEB ( Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung) Jurusan Ekonomi Akuntansi Angkatan 1992.
Tuesday, May 1, 2007
Kajian Pribadi
Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!Betapa lamanya melayani Allah selama limabelas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film. Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembarAl-qur'an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demimemuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama30 hari ketika berpuasa.Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan. Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur'an; namunbetapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain. Betapa mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran. Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa. Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon DELETE. ANDA TERTAWA ...? atau ANDA BERPIKIR-PIKIR. ..? Sebar luaskanlah Sabda-Nya, bersyukurlah kepada ALLAH, YANG MAHA BAIK, PENGASIH DAN PENYAYANG.
Subscribe to:
Posts (Atom)